Kolom  

Baru Sebulan Lebih Memimpin Sultra, Pj. Gubernur Andap Bertekad Maknai “Mia Ogena Bhawangi Yi Sulawesi Tenggara

Suryadi

Pemerhati Budaya

Kepemimpinan di suatu daerah, apalagi tergolong “berciri”, tak bisa abai akan kelokalan. Termasuk kultural. Plus, pengalaman pernah memimpin Kepolisian Daerah Sulawesi Tenggara (Polda, Desember 2016 – Maret 2018). Tampaknya ini menjadi salah satu modal  besar Komjen Pol. (Pur) Dr. (HC) Andap Budhi Revianto.

Purnawirawan perwira tinggi Bintang tiga Polri yang juga ayah seorang perwira pertama Brimob Polri ini, dilantik sebagai Pj. Gubernur Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) oleh Mendagri, Prof. M. Tito Karnavian di Kemendagri Jakarta, awal September lalu (5/9/23).

Secara umum, Sultra merupakan salah satu daerah di Sulawesi yang secara kultural amat dipengaruhi oleh reigiusitas. Belum lagi dua bulan menjadi Pj. Gubernur, Selasa (18/10/23) ia diganjar adat “Mia Ogena Bhawangi Yi Sulawesi Tenggara” oleh Kesultanan Buton.

Pemberian gelar adat berlangsung, Selasa (17/10/23) di Aula Palagimata Kantor Walikota Baubau. Pemberian gelar oleh Yang Mulia Sultan Buton ke – 40 Buton, dr. H. La Ode Muhamad Izat Manarfa M.Sc. Hadir para sesepuh dan perangkat Lembaga Adat Kesultanan Buton dan Masyarakat Buton kala itu.

Gelar itu, tentu, diberikan bukan sekadar sebuah seremoni belaka. “Mia Ogena Bhawangi Yi Sulawesi Tenggara bermakna seorang pemimpin yang profesional, berpandangan jauh kedepan (visioner), karismatik, pengayom, jujur, amanah, fathanah, tabligh, beriman, dan bertakwa kepada Allah SWT,” begitu narasi yang dibunyikan oleh La Ode Muhamad Arsal, S.Sos., M.Si., “Kapitalao Matanaeo” atau Panglima Bagian Timur Lembaga Adat Kesultanan Buton dalam prosesi pemberian gelar.

Dalam acara yang juga dihadiri Ketua DPRD Sultra, Pj. Busel La Ode Budiman, S.K.M., M.MKes, Pj. Bupati Buteng Andi Muhammad Yusuf, Pj. Bupati Buton Drs. La Ode Mustari, M.Si dan Pj. Walikota Baubau Dr. Muh Rasman Manafi, Kapitalao Matanaeo Arsal, lebih jauh menguraikan:
Mia Ogena berarti seorang pemimpin yang profesional, berpandangan jauh ke depan (visioner), karismatik, pengayom, jujur, amanah, fathanah, tabligh, beriman, dan bertakwa kepada Allah SWT.”
Yi Sulawesi Tenggara bermakna, batasan wilayah atau ruang lingkup kerja yang menjadi tanggung jawab dalam mengelola dan memanfaatkan seluruh potensi sumber daya untuk kesejahteraan dan kemakmuran rakyat Sultra.

Membaca makna dari gelar adat itu, tentu tak main-main dalam memimpin Provinsi Sulsel, termasuk menyukseskan event penentuan masa depan bangsa Indonesia, yang tahapan-tahapannya telah berjalan menuju momen pemungutan suara putaran pertama 14 februai 2024.

Berikut ini momen dan pernyataan “strategis” Pj Gubernur Sulra Andap ketika menjejakkan kaki di Negeri “Khalifatul Khamis” yang juga dikenal sebagai Bumi Anoa:
• Kamis, 7 Sept. 2023, tiba bersama di Bandara Halu Oleo, Kendari, ibu kota Provinsi Sultra. Publik menyaksikan ia tiba bersama Ibunda tercinta, orang ia cintai dan hormati, sebagaimana umat beragama umumnya.
• Jumat, 8 Sept, serah terima jabatan Gubernur dari pendahulunya. Usai serah terima, Andap mengeluarkan pernyataan: “Saya wakafkan diri saya untuk bekerja sebaik-baiknya. Saya kan  sudah (sengaja, pen) pensiun dari Polri. Perlu sinergitas dari semua unsur dan masyarakat, Salah satu fokus saya, angka kemiskinan yang menurut BPS pada Maret 2023 masih 11,43 persen.”

• Ahad 10 September: bersama Ibunda ziarah ke Taman Makam Pahlawan  (TMP) Watubangga, Baruga, Kota Kendari. Lagi-lahi publik menyaksikan, ia berziarah bersama Ibunda yang ia cintai dan hormati.

• Senin, 11 Sept. 2023: Mengapelkan semua potensi, dalam peringatan Penguangan Risko Bencana  (PRB). Di bagian negara yang masuk dalam kategori rawan bencana (“ring of fire”) ini, Andap mengajak semua pihak untuk “Mengenali ancaman (bencana, pen), pahami risiko dan tingkatkan sadar bencana yang bisa terjadi kapan saja, agar dapat meminimalisasi  dampak sehingga pembangunan terus berlanjut”.
• Jumat, 22 Sept. 2023 mengimbau agar semua elemen masyarakat wujudkan pemilu damai.

Andap definitif akan memimpin Provinsi Sultra selama setahun ke depan. Satu tahun bukan waktu yang panjang, namun akan sangat berarti untuk memaknai dan menghargai kehormatan pemberian gelar adat Kesultanan Buton, sebagai satu amanah rakyat.

Tak ada pilihan lain bagi alumni Akpol 1988B itu, kecuali bekerja sebaik-baiknya dan seefektif mungkin dengan merangkul semua pihak. Dengan pemberian gelar adat Kesultanan Buton dan permaknaannya, ia  praktis terikat bagian dari Kesultanan Buton. Kehormatan Kesultanan sebagai lambang kebaikan dan kearifan, wajib ia jaga dan junjung tinggi. Sunguh modal besar untuk memimpin!

“Adalah sebuah kehormatan dan kebanggaan bagi saya dapat menjadi bagian dari kerabat dan sesepuh dalam daerah eks Kesultanan Buton. Sekaligus ini juga sebagai amanah bagi saya untuk dapat melaksanakan tugas dengan lebih baik lagi,” tekad pria kelahiran Jakarta, 23 Juni 1966 ini. **

Jasa Kelola Website

Tinggalkan Balasan

Kuliah di Turki