Oleh: Pangihutan Simatupang
“Ketika pesan WhatsApp (WA) itu datang, yang menyebutkan dia telah berpulang ke rumah Bapa, meninggalkan dunia ini, namun aku belum bisa langsung percaya, meskipun pesan WA tersebut datang dari isterinya”.
Bahkan setelah Gery Saragih, rekan dan seprofesi, kuminta untuk memastikan tentang “kepergiannya”, dan selanjutnya menyampaikan, telah tiba di rumah duka, dan menyebutkan, segala sesuatu pengurusan terkait kematian sudah disiapkan, Rabu (30/6/2021).
Artinya, satu lagi sahabat dan teman seprofesi, Raul Sitanggang, benar telah pergi, dan tidak akan pernah bertemu lagi dengan siapa pun di kehidupan saat ini.
Barulah bisa aku ucapkan, “Selamat Jalan Sahabat”.
Konsisten dan mengalah
Dalam tulisan ini, catatan pribadi yang sempat terekam di otakku, dan tak bisa dilupakan, dan akan menjadi kenangan, selagi memori di kepala ini masih setia pada fungsinya, kecuali sudah bersatu dengan tanah kelak, sebagai akhir perjalanan di bumi yang fana ini.
Raul, itu panggilan singkat dan akrab, buat wartawan yang cukup lama meliput di wilayah Jakarta Selatan, selalu berupaya untuk konsisten, apa yang telah disepakati.
Sikap Konsistens Raul yang masih melekat dalam ingatan, saat kami masih bersama di Harian Sentana.
Sebagai redaktur, aku meminta kepadanya agar mengutamakan Kode Etik Jurnalistik (KEJ), sebagai pegangan wartawan dalam berkarya, serta terhindar dari sengketa pers, hal ini dipatuhinya.
Ketika berjanji, dia akan memenuhi janji itu kepadaku. Ketika janji tertunda karena ada kendala, dia akan menghubungi, untuk menjelaskan kendala yang dihadapinya.
Selain konsisten, kawan yang satu ini, juga kerap mengalah dalam hal tertentu, agar satu masalah tidak berkembang menjadi besar.
Satu kali, ada rekan seprofesi yang menyampaikan kalimat arogan kepadanya melalui pesan WA, hal tersebut disampaikan kepadaku melalui WA juga.
Namun di akhir tulisannya, dia menyebutkan, “biarlah, tak perlu ditanggapi”.
Dia mengalah,….
Dan beberapa kali dia menunjukkan sikap mengalah, dan hal ini selalu kuingat.
Konsisten, mengalah, dan ada lagi, tampak selalu tenang dan santai. Selalu berpakaian rapi, hal ini juga tidak bisa terlupakan.
Pada akhir tulisan ini, sikap konsisten dan mengalah, menjadi pengalaman positif saat bersama dia dahulu, dan harus digarisbawahi, agar kita terhindar dari sikap arogan, dan tidak ada orang yang harus “mengalah”, karena arogansi kita.
Selamat jalan sahabat, kami sangat merasa kehilangan.
Selamat jalan sahabat, kau telah bersama Bapa di Sorga, Amin.