Kolom  

10 November dan Bapak Brimob M. Jasin (Habis)

Brimob Terbentuk)

Suryadi
Pemerhati Budaya & Kepolisian

NAMA Soedirman pekat mewarnai sejarah perjuangan bangsa Indonesi dan dapat ditemukan di banyak buku. Nyaris-nyaris semua kota besar di Tanah Air, melekatkan nama Jenderal Soedirman untuk jalan-jalan utama, termasuk Ibu Kota Jakarta.

Maka ketika tahu, bahwa Soedirman sangat terkesan akan nama Moehammad Jasin sebagai pangilma Brimob yang melegenda, tentu hal itu tidak sembarangan. Ada nilai yang mungkin patut digali agar bangsa ini bisa memetik dari nilai-nilai yang mungkin tidak terangkat dari kepahlawanan Jasin selama ini. Meski, pelantun balada legendaris Ebiet G Ade lewat lagunya bertanya, “…Apakah semua semua orang harus jadi pahlawan.”

Pertanyaan Ebiet tersebut, tentu terlalu naif bila dijawab sekadar secara verbal. Contoh konkret, Jasin, memang patut disimak mengapa sosok sebesar Soedirman sampai begitu akrab dengan namanya. Bahkan, Soedirman terdorong menyemangati Jasin lewat surat khusus.

Jasin adalah pemimpin dan tokoh dalam perang melawan pasukan tantara Sekutu yang masuk ke Surabaya (dan sekitarnya) diboncengi Belanda untuk kembali menjajah Indonesia, November 1945. Perjuangan bersenjata Jasin bersama rekan-rekannya didukung oleh kekuatan rakyat, untuk mempertahankan kemerdekaan RI.

Nama Jasin bagi Pangsar Soedirman sudah tidak asing lagi. Jasin tak bisa dipisahkan dari perjuangan rakyat, dalam mempertahankan kemerdekaan RI, terutama Peristiwa Soerabaja. Kemudian, 10 November sebagai puncaknya, diperingati setiap tahun oleh bangsa Indonesia sebagai Hari Pahlawan.

Tak hanya dalam “Peristiwa Soerabaja”, Jasin juga eksis pada serentetan perjuangan berikutnya, termasuk merebut kembali Madiun dari Partai Komunis Indonesia (PKI) ketika Presiden I RI menyeru rakyat: “Pilih Soekarno – Hatta atau Musso”.

Moehammad Jasin terakhir berpangkat komisaris jenderal (Komjen) polisi, seperti halnya Drs. Anang Revandoko, M.I.Kom, Komandan Korps Brimob saat ini (ke-30). Jasin, Bapak Brimob Polri dan Pahlawan Nasional, berpulang 3 Mei 2012. Jenazahnya dikebumikan di Taman Makam Pahlawan (TMP) Nasional Kali Bata, Jakarta Selatan.

Jasin diakui sebagai Pahlawan Nasional sesuai Keputusan Presiden (Keppres) No. 116/TK/ 2015 tanggal 5 November 2015. Bersama dengan Jasin, juga ditetapkan empat nama besar lainnya sebagai Pahlawan Nasional, yakni Bernard Wilhem Lapian (alm), I Gusti Ngurah Made Agung (alm), dan Kiay Bagus Hadikusumo (alm).

Jasin, laki-laki Bone kelahiran Bau-bau, Sulawesi Selatan (Sulsel), 9 Juni 1920. Bau-bau di Pulau Buton berdiri 17 Oktober 1541 (berdasarkan UU No. 1/ 2001, Kabupaten Bau-bau sejak 21 Juni 2001 masuk dalam wilayah Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra).

Nama Jasin selain diabadikan untuk salah satu nama jalan di Kota Surabaya, juga dilekatkan pada Markas Korps Brimob di Kota Depok, Jabar. Letaknya di sisi Jalan Komjen Pol. Moehammad Jasin, Kelapa Dua, Depok. Nama Jasin ditabalkan untuk jalan utama persis depan Mako Korp Brimob, 5 Februari 2014. Sebelumnya jalan ini dikenal sebagai Jalan Akses Universitas Indonesia (UI). Sejak 1966, Markas Korps Brimob ini dikenal sebagai Kesatrian Brimob “Amji Attak”.

Brigade Mobil (brimob), pasukan pamungkas Polri, saat ini beranggotakan sekitar 44.000 perseonel. Polisi Istimewa yang diproklamasikan oleh Moehammad Jasin pada 21 Agustur 1945 di Surbaya (empat hari setelah Proklamasi Kemerdekaan RI di Jakarta), adalah cikal bakal Brimob setelah sebelumnya bernama Mobrig.

Presiden I RI, Ir. Soekarno yang menetapkan perubahan dari nama Mobrig menjadi Brimob, menyesuaikan dengan hukum “DM” (diterangkan – menerangkan) yang berlaku dalam bahasa Indonesia. Peresmian perubahan nama tersebut bersamaan dengan penyerahan penghargaan tertinggi “Nugraha Sakanti Yana Utama” dari Presiden I RI kepada pemimpin Brimob, pada 14 November 1961.

Moehammad Jasin pada 17 September 1946 menerima mandat dari Kepala Kepolisian I RI, R. Soekanto Tjokrodiatmodjo untuk mempersiapkan pembentukan Mobrig. Pasukan yang di masa lalu juga dikenal dengan nama Ranger dan Pelopor ini, resmi berdiri berdasarkan Surat Perintah Kepala Muda Kepolisian No.Pol.: 12/7/91 tanggal 14 November 1946. Saat itu Kepolisian berpusat di Purwokerto, Jateng, sedangkan Ibu Kota RI “pindah sementara” dari Jakarta ke Yogyakarta. **

Jasa Kelola Website

Tinggalkan Balasan

Kuliah di Turki