Jakarta, BIJAK
Pandemik Covid-19 tidak hanya merugikan sisi Kesehatan. Virus yang bermula dari Kota Wuhan, Tiongkok ini bahkan turut mempengaruhi perekonomian negara-negara di seluruh dunia, tak terkecuali Indonesia, bahkan menyebabkan Ekonomi global melambat. Di Indonesia, pemerintah mencoba melakukan berbagai upaya untuk menekan dampak virus Corona terhadap industry, mulai dari kebijakan Work From Home (WFH) hingga diliburkannya kegiatan belajar mengajar.
Meskipun demikian, Ketua Sekolah Tinggi Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (STMKG), I Nyoman Sukanta menyebutkan bahwa hal tersebut tidak menyurutkan semangat belajar mengajar di STMKG dalam menimba ilmu. Demikian diungkapkannya di Jakarta, Kamis (14/5/2020).
“Sesuai dengan anjuran Pemerintah yang mengharuskan semua sekolah melakukan sistem pembelajaran jarak jauh (PJJ), maka STMKG telah melakukan sistem tersebut dari awal mulainya pandemi Covid-19. Hal ini menjadikan Para Taruna dapat berpikir kritis dan tergerak untuk melakukan inovasi terkait keilmuan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika serta menerapkan ilmunya dengan kegiatan pengamatan di lingkungan tempat tinggal mereka,” ujarnya.
Menurut Nyoman, sistem pengajaran secara virtual di STMKG pada masa pandemik ini, sudah melalui kajian kolaborasi antara Kaprodi, Satuan Penjamin Mutu dan Satuan Pengawas Internal serta pengawasan langsung oleh Ketua STMKG. “Hal ini bertujuan agar tetap bisa dipastikan bahwa materi pembelajaran telah tersampaikan dengan baik, sehingga tujuan utama untuk menghasilkan kualitas lulusan STMKG tetap terjaga,” ujarnya.
Sementara itu, untuk para dosen dan tenaga pendidik diharapkan juga dapat mengembangkan inovasi dalam menyampaikan ilmunya kepada para Taruna. “Dalam kondisi normal, para dosen lebih banyak melakukan tatap muka di kelas, namun dengan kondisi saat ini, mengharuskan untuk lebih berinovasi dalam hal menyampaikan bahan ajarnya, pengajaran secara virtual mewajibkan semua dosen maupun taruna untuk dapat menguasai teknologi komunikasi dan teknologi jaringan, agar penyampaian materi dapat dilaksanakan dengan baik,” ujar Nyoman.
Nyoman menyebutkan bahwa para dosen diberikan kebebasan dalam penggunaan teknologi virtual, sehingga dapat diakses dengan mudah oleh para taruna yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Meskipun demikian, kondisi ini akan semakin menantang karena di penghujung bulan April memasuki masa ujian tengah semester dan beberapa waktu ke depan akan menghadapi ujian akhir semester serta sidang tugas akhir.
Saat ini STMKG mempunyai empat Program Studi, meliputi Meteorologi, Klimatologi, Geofisika dan Instrumentasi-MKG, dengan total jumlah taruna sekitar 1200 orang, yang berasal dari seluruh wilayah Indonesia. Semua lulusan STMKG akan mendukung SDM BMKG, sehingga sekolah kedinasan vokasional lulusan STMKG dituntut untuk dapat bersinergi dengan tantangan yang dihadapi oleh BMKG, dalam rangka menjaga keselamatan dan kesejahteraan masyarakat dengan melakukan lompatan inovasi pada revolusi industri 4.0 ini.
Penulis : Deddy Haryadi