“Tebas Rintangan, Kejar Harapan”
Nama saya Nurul Hikmah Afriyanti, bisa dipanggil Hikmah, penyandang Low Vision. Saya anak ke 4 dari 5 bersaudara, saya lahir dengan keadaan NORMAL, saya tinggal di Bekasi bersama orangtua/keluarga.
Pada usia 2,5 tahun saya jatuh dari tangga ke tinggian 2-3 meter, setelah jatuh saya mengalami setif dan kejang-kejang dengan durasi 5 sampai 10 menit, selanjutnya ibu saya membawa saya ke puskesmas terdekat, sehingga saya dirujuk ke Rumah Sakti Umum Daerah (RSUD).
Ibu saya seorang pedagang dan ayah perkerja serabut. Kedua orangtua saya berjuang demi saya untuk melihat indahnya dunia, sampai rela berkorban demi kesehatan dan keselamatan saya.
Hingga barang-barang yang berharga digadai, sampai tidak bisa ditebus lagi dan akhirnya barang-barang berharga dijual semua.
Ibu saya mulai berjualan tahun 1994, pertama kali jualan peyek, sayur mateng dan sayur mentah, namun minat pembeli berkurang (konsumen berkurang), sehingga ibu beralih ke bisnis kue, yakni kue basah hingga kue kering.
Setelah beranjak usia 3 tahun, saya mulai diajak berjualan keliling oleh ibu saya dengan kondisi sakit.
Ibu saya membuat kue sendiri dan menitipkan ke warung-warung terdekat, dan keliling kampung untuk menjual kue, bahkan juga jadi asisten rumah tangga. Ayah saya berkerja serabutan sampai tahun 2015, dan sekarang tidak berkerja lagi.
Pada usia 6 tahun saya masuk sekolah, yakni pada tahun 2006 di salah satu sekolah dasar (SD) umum hingga lulus.
Dihina dan Diremehkan
Pada tahun 2017 selama saya sekolah saya selalu “dihina” dan diremehkan oleh teman-teman, baik teman sekolah maupun teman sepermainan, bahkan mereka mejauhi saya dan keluarga saya, karena kondisi yang tidak sempurna, dan perekonomian yang lemah.
Bahkan sampai sekarang pun, ada kesan dimusuhi tanpa sebab, juga dipandang sebelah mata oleh sejumlah orang, baik yang dekat dan sekitar, sampai sekarang.
Karena kondisi kedua orang tua saya tidak mampu untuk membiayai sekolah dan pengobatan saya, pada akhirnya saya disekolahkan dan berobat (dibiyai) oleh salah satu keluarga Jidah Yasmin, Ibu Hikmah dan Bapak Mufid juga Ibu Mujinah hingga sekolah saya sampai selesai.
Setelah saya lulus sekolah sekolah, saya mulai mencari perkerjaan karena ingin merubah perekomian keluarga dan berencana menabung, tetapi tidak ada satu pun perusahan yang menreima, karena kondisi saya sebagai low vision.
Pada suatu saat, akhirnya saya diajak berkerja oleh temen, Fitri di salah satu Toko Makanan, di situlah saya mulai berkarya.
Saya sangat senang dan bahagia, karena ada yang mau menerima saya berkerja, namu saya tidak lama berkeja di sana, karena saya masih bolak-balik ke rumah sakit sampai sekarang ini.
Terkendala Berobat
Pada suatu saat, pengobatan saya tertunda karena terkendala biaya.
Pada tahun 2007 saya diantar kedua orang tua melanjutkan memeriksa kembali ke puskesmas, dari puskesmas saya dirujuk ke RSUD Kota Bekasi, karena pada saat itu RSUD alat-alat medis dan tenaga medis yang kurang lengkap, pada saat itu saya dirujuk ke RSCM, sampai tahun 2011 hingga kondisi mata saya membaik, saya dan kedua orang tua saya senang dan bahagia.
Pada tahun 2015 kondisi mata saya nenurun, karena saya tidak kontrol (periksa) kembali ke RSCM, harusnya tetap kontrol, walaupun kondosi sudah membaik, hal ini yang saya dan kedua orangtua sesalkan, dan akhirnya saya dinyataksn low vision.
Kenapa saya dinyatakan low vision?. Karena pada saat itu kondisi mata saya menurun pada tahun 2015, dan di situ saya diperkenalkan dengan alat-alat low vision, alat yang saya gunakan saat ini adalah kacamata teropong dan kaca pembesar.
Mulai Usaha
Ibu saya menyarankan ke saya untuk melanjutkan usaha ibu, yaitu berjualan kue kering dan basah, dan membantu ibu dan bapak, pada saat itu ibu berkerja di puskesmas pejuang.pada tahun 2016. Ibu bekerja sebagai OB sampai sekarang dan bapak mengantikan ibu berjualan, karena bapak tidak berkerja lagi, pada saat itu saya belum lulus sekolah atau tamat sekolah, tetapi sesekali membantu ibu membersihkan puskesmas sampai sekarang, dan bapak berjualan di Puskesmas Pejuang sampai saat ini.
Apabila kue basah dan kering tidak habis, maka saya dan ibu keliling sambil menawarkan kue ke orang-orang yang duduk-duduk santai dan orang-orang lewat.
Pada tahun 2019 saya resmi melanjutkan usaha ibu, yaitu berjualan kue, saya memutuskan untuk meneruskan dan mengembangkan usaha yang dibangun oleh ibu.
Modal Rp 100 Ribu
Saya memulai jualan kue basah dan kue kering. Saya diberikan modal 100.000 oleh ibu saya. Nama warung saya “Al-HIKMAH JAYA”
Usaha mulai berjalan, seiringnya waktu usaha saya geluti ini berkembang, dari mulai jualan kue basah, kue kering. Dari uang Rp. 100.000 itu, usaha saya perlahan berkembang. Kemajuan itu datang tanpa saya sadari, yang saya lakukan terus semangat berusaha. “Saya senang, usaha saya mulai maju dan berkembang”.
Dalam pengembangamnya, saya mencoba untuk menjual berbagai macam produk, yaitu bermacam-macam permen, susu beraneka rasa, ciki-ciki, biskut, makanan dan minuman ringan lainnya, ,bahkan sekarang saya menjual pulsa dan paket data, token, uang elektronik dan pulsa game.
Di waktu senggang, saya mengikuti kegiatan organisasi Komloving, dari organisadi inilah saya belajar mandiri, berjuang demi masa depan, dan dari sini saya tahu apa arti kehidupan sesungguhnya, belajar atau menerima suatu keadaan dan kenyataan.
Dari mereka aku belajar berani dan bertanggung jawab. Dan merekalah yang menggajari ku dan menggajak aku untuk menggikuti kegiatan pelatihan-pelatihan sampai sekarang ini.
Tantangan dari sekitar
Selama saya berjualan di puskesmas, saya dihina, bahkan dibilang penyakit saya menular, dan ada menghasut ke orang-orang jangan beli produk saya, dengan alasan penyakit saya menular, bahkan usaha saya maju dan berkembang dibilang pake ‘penglaris’.
Memang saya tak punya bukti, tetapi saya yakin pasti Alloh SWT akan membuka kebenaran, akan terungkap sering betjalannya waktu.
“Saya percaya pasti indah pada waktunya”.**
Penulis: Nurul Hikmah Afriyanti