Oleh: Pangihutan Simatupang
Satu per satu jurnalis usia mendekati senja, pergi dan meninggalkan kita selamanya. Tak ada lagi gagasan, tak ada lagi ulasan, selain mengenang semangat yang mendampingi perjuangan dalam kehidupan nyata sebagai wartawan.
Itu sekilas ungkapan mengantar kepergian almarhum Pak Frans Samosir, yang telah mendahului kita semua, Senin 11 Januari 2021 di Karawang, pada usia 66 tahun.
Setiap kali, teman wartawan yang mendahului, dan meninggalkan ‘Dunia Antah Berantah’, istilah sejumlah teman tentang dunia kewartawanan, karena terkadang sulit diprediksi, saya mengenang dan berusaha mengingat, apa saja yang telah ditorehkannya selama ia berselancar di dimensi ‘Antah Berantah’ ini.
Satu catatan perjalanan kewartawanan Pak Frans, yang sempat terekam di memory saya. Ketika dia mengirimkan sebuah pesan ke WAG redaksi Harian Sentana beberapa tahun lalu, semasa kami sama-sama di media pimpinan Rukiah Rosalyna Siahaan. Dia bersama temannya, yang masih muda, menempuh perjalanan jauh, dari Karawang ke Kabupaten lain d wilayah Jawa Barat, untuk mengembangkan peliputan.
Tak peduli siang atau malam, ‘menembus kabut’, demi kepentingan kewartawanannya dan ingin mengembangkan sayap media-nya.
Suatu semangat tinggi, tidak menyerah kepada usia kepala 6. Selain mampu tidak memanjakan usia, sosok pria berpenampilan santai ini, kerap memberikan masukan untuk mencari solusi yang sedang kami hadapi, termasuk untuk meningkatkan kemampuan jurnalis muda, salah satunya mendorong wartawan ikut Uji Kompetensi Wartawan (UKW), dan membantu biayanya.
Catatan terakhir yang sempat disampaikan pria asal Samosir ini, ketika datang ke Jakarta dari Karawang beberapa bulan lalu, dalam suatu kepentingan, dia meminta saya bertemu, dan kami sepakati di depan RS PGI Cikini.
Dalam pertemuan singkat itu, dia memberikan solusi untuk mengembangkan media yang sedang kami rintis. Solusi sederhana, tapi sangat membantu keberlangsungan kehidupan media yang memang di ‘titik nadir’ saat ini.
Dia meminta agar melengkapi semua legalitas perusahaan pers, untuk diajukan ke Pemerintah Daerah, agar bisa berlangganan, juga bisa mendapatkan iklan.
Dan dia menekankan, akan mengembangkan media ini ke wilayah lain di Provinsi Jawa Barat. Namun masih terkendala, karena wartawan usia lanjut ini, sering kurang sehat. Namun setelah betul-betul fit, dia menegaskan akan mulai melangkah lagi, ‘menembus kabut’.
Namun keinginan itu tidak akan pernah terealisasi lagi. Selamat jalan Pak Frans, selamat tinggal kabut. Doa kami, engkau bahagia di sana bersamaNYA, Amin. ***