Penulis: David Lumban Tobing
Saya seorang disabilitas Netra Low Vision sejak lahir, saya adalah anggota Pemuda Batak Bersatu PAC Grogol Petamburan, Jakarta Barat menjabat sebagai Wakil Bidang (Wabid) Sosial, Seni, Budaya, Agama dan Olah Raga (Sosbudara).
Sejak saya masih balita kedua orang tua saya, Bapa Pnt Elly lumbantobing dan Nyonya Agustin Br. Harahap mengusahakan pengobatan bagi saya agar dapat beraktifitas seperti anak pada umumnya, dengan cara membawa saya ke beberapa Rumah Sakit spesialis mata yang ada di Jakarta.
Namun menurut analisa dokter spesialis Mata yang yang menangani saya, dalam rekamedis dan hasil ronsen ada kerusakan di saraf mata, sehingga sangat beresiko jika dilakukan operasi mata. Akhirnya orangtua saya berserah kepada Tuhan dengan kondisi yang saya alami.
Namun saya bersyukur mempunyai seorang tante yang sangat mengasihi saya, Ny. Nelly Lumbantobing, yang memberikan semangat kepada kedua orang tua saya dalam memikirkan masa depan saya. Tante saya adalah seorang pegawai negri sipil (PNS) di Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Melalui jasa beliau lah saya Dapat bersekolah di Sekolah Khusus Penyandang Disabilitas di SD SLB A Tuna Netra Lebak Bulus Jakarta Selatan.
Setelah saya lulus SD, saya melanjutkan pendidikan ke sekolah umum, di SMP 191 Jakarta Barat, kemudian melanjutkan lagi ke SMA Pelita Kudus Jakarta Barat, sehingga saya sudah terbiasa bersosialisasi dengan orang banyak pada umumnya.
Walaupun dengan keterbatasan saya sebagai Tuna Netra Low Vision, saya berusaha menjadi orang yang berguna bagi banyak orang di sekitar saya, khususnya bagi orangtua saya, bagi tante saya dan saudara-saudara saya, karena saya yakin Tuhan pasti memiliki rencana terbaik dalam kehidupan saya.
Seiring dengan berjalannya waktu, kedua orang tua dan tante saya semakin lemah dalam melakukan aktifitas mereka, sehingga saya lah yang harus mengurus mereka. Dari memandikan mereka, membawa mereka ke Rumah Sakit dan lain sebagainya.
Saat ini, bapa dan tante saya sudah meninggal dunia, saya lah yang selalu menemani mereka di detik-detik akhir hidup mereka, terukirlah segala kenangan manis yang kami lewati selama ketika saya menjaga dan mengurus mereka di waktu mereka sakit.
Saya bersyukur kepada Tuhan yang telah memberikan kesempatan kepada saya, yang hanya seorang tuna netra, bisa dan berkesempatan untuk merawat dan menjaga mereka yang saya kasihi.
Kini saya juga sedang berjuang untuk mengurus dan merawat mama saya yang sedang sakit, bagi saya, orang tua adalah pelita yang menerangi mata dan hati saya, memberikan kehangatan dalam kehidupan dan penyemangat bagi saya untuk selalu berbuat baik di tengah kehidupan saya.
Semoga kisah hidup saya bisa menjadi inspirasi bagi orang banyak, apapun kekurangan yang kita alami selama kita memiliki hati yang tulus untuk mengasihi maka Tuhan akan selalu beserta kita sehingga kita bisa menjadi berkat bagi banyak orang.
Penulis adalah kontributor media bicarajakarta.com