Pada Masa Pandemi COVID-19, Para Da’I dan Tokoh Publik Beramai-ramai Memanfaatkan Komunikasi Digital

Nursolehah
Mahasiswa Magister Komunikasi dan Penyiaran Islam Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Jakarta, BIJAK

Saat ini di Indonesia sedang dilanda bencana pandemi COVID-19, berdasarkan data yang dirilis oleh gugus tugas percepatan penanggulangan COVID-19 menyebutkan bahwa hingga tanggal 22 Mei 2020 sudah terkonfirmasi COVID-19 sejumlah 20.162 orang dengan angka kematian 1.278 dan sembuh sejumlah 4.838 orang.

Kondisi mengkhawatirkan ini membuat pemerintah melakukan kebijakan-kebijakan dalam upaya pencegahan dan pemutusan rantai penyebaran. Yaitu dengan pemberlakuan pembatasan sosial berskala besar (PSBB), larangan mudik, menutup akses transportasi baik darat, laut ataupun udara, larangan aktivitas belajar sekolah ataupun universitas, larangan berkumpul, larangan aktivitas tempat hiburan dan tempat wisata juga larangan beribadah secara bersama-sama.

Hal Ini juga berpengaruh terhadap para Ustadz/Da’I dan tokoh publik yang sebelumnya terbiasa berinteraksi langsung dengan publik kini beralih dengan menggunakan media digital. Mereka membuat akun sosial media pribadi yang kemudian diisi dengan konten-konten religi. Salah satunya adalah ustadz Hannan Attaki. Beliau merupakan seorang muballigh asal Bandung yang terkenal dengan komunitas Shift atau komunitas pemuda hijrah dan kerap membagikan konten berisi ceramah di akun instagramnya. Baru-baru ini, beliau membagikan aktivitas dengan muballigh lainnya yaitu Ust. Felix Siaw, Ust. Abdul Somad, Ust. Salim A Fillah dan lain sebagainya yang tergabung dalam Barisan Bangun Negeri di instagram @bbn.indonesia dalam rangka penggalangan donasi.

Bukan hanya para dai yang menjadi bagian dari komunitas ini, namun beberapa artis dan seniman seperti Raffi Ahmad, Dik Doank dan selebgran Rachel Vennya juga turut berkolaborasi. Barisan Bangun Negeri dalam akun instagramnya menggunakan hestag #tetanggabaik kepada orang-orang yang berpartisipasi untuk berdonasi. @bbn.indonesia menampilkan konten- konten dari beberapa Dai diantaranya berisi ajakan berbagi, selain itu @bbn.indonesia juga kerap membagikan aktivitas yang dilakukan para dai dan relawan yang disebut dengan #santribbn setiap hari.

Munculnya hestag #dirumahaja adalah suatu bentuk kampanye sosial yang disebarkan melalui media-media konvensional. Ketika memasuki bulan suci Ramadhan, para dai yang biasanya melakukan aktivitas ibadah dan tabligh dari masjid ke masjid, majlis ke majlis, kemudian beralih mengatur strategi dakwahnya melalui media yang saat ini membentuk media konvergensi dalam bentuk siaran langsung yang dilakukan secara online. Para dai berbondong-bondong mulai aktif memposting ceramah, ataupun syiar kebaikan.

Menurut KH. Syamsul Yakin, dalam tulisannya yang berjudul “Antroplogi Dakwah: Menimbang Sebuah Pendekatan Baru Studi Ilmu Dakwah” mengatakan bahwa setidaknya ada empat produk budaya dakwah, yaitu manusia bertauhid, manusia beribadah, manusia berakhlak, dan manusia bermuamalah.

Dalam hal ini terlihat keempat produk budaya dakwah yang ditunjukan para dai. Mengabdikan diri sebagai sosok yang bermanfaat bagi manusia lainnya lewat penggalangan dana yang dilakukan secara langsung ataupun melalui siaran-siaran live di instagram, ketauhidan akan berbuah ketaatan dan amal, seorang muslim yang bertauhid akan menjadi pribadi yang bermanfaat bagi lingkungannya. Juga dalam konsep manusia yang berakhlak yaitu manusia yang selalu melaksanakan kewajibannya serta memberikan hak yang harus diberikan kepada yang berhak dan yang terakhir manusia bermuamalah yang dilihat dari bagaimana dai melaksanakan aturan Allah untuk manusia dalam bergaul dengan manusia lainnya dalam berinteraksi.

Editor: Deddy Haryadi

Jasa Kelola Website

Tinggalkan Balasan

Kuliah di Turki