Menunggu Giliran, Jangan ‘Busungkan Dada’

 

Jakarta, BIJAK

Oleh: Pangihutan Simatupang

Setiap kali ada teman dekat atau kenalan baik yang telah mendahului, selalu saja ingin menulis sesuatu tentang mereka. Meskipun sudah ditahan, keiinganan pria usia 61 tahun itu tak terbendung.

Sekitar sebulan ini dua teman wartawan mendahului, “pergi duluan”. Aries Wawan (Sukabumi) yang akrab saya panggil Pak Wawan dan saudaraku Laspen Sianturi (Jakarta).

Keduanya meninggal dunia dengan usia yang berbeda. Di atas 50 tahun dan umur 48 tahun. Kedua sahabatku ini meninggalkan banyak cerita tersendiri bagiku. Cerita baik yang kusimpan dalam hatiku, cerita yang menyenangkan untuk dikenang.

Kalau pun ada cerita yang tidak menyenangkan, sudah lama kubuang, sebelum mereka pergi. Karena dalam pertemanan pasti ada pertentangan akibat pendapat yang berbeda atau mungkin salah paham.

Yang akan kuceritikan di sini, pengalaman positif yang bisa membawa nilai baik untukku, mungkin juga untuk yang lain.

Laspen Sianturi, daya tempurnya tinggi, semangat saat melakukan suatu pekerjaan, termasuk tugas jurnalistiknya. Dalam catatanku, dia terus menerjang, tentu sesuai aturan yang berlaku. “Tak peduli omongan orang lain, tancap gas jalan terus”.

Pak Wawan Aries, dalam benakku dia orang yang berupaya untuk selalu merendah. Dia tidak ingin menang saat berdebat dalam memecahkan suatu masalah, tapi ingin mencari yang benar. Dia tidak “Membusungkan Dada” ketika pendapatnya benar.

Dalam ingatanku, saat diskusi, Wartawan senior ini, tidak suka memotong pembicaraan. Dia “antre menunggu giliran”.

Mereka kini sudah menjadi kenangan, namun semangat dan sifat positif mereka bisa dibanggakan dan dia0realisasikan dalam kehidupan kita, yang tengah menunggu giliran.

“Kematian tak kenal usia”

Selamat jalan kedua sahabatku….

Jasa Kelola Website

Tinggalkan Balasan

Kuliah di Turki