Jakarta, BIJAK
Penelitian lanjutan terkait kandungan senyawa bioaktif tanaman sambiloto dapat dilakukan untuk mendapatkan standarisasi di seluruh produk Sambiloto. Tidak menutup kemungkinan bahwa salah satu senyawa yang dihasilkan oleh sambiloto dapat menyelamatkan manusia dari pandemi Covid 19, demikian di sampaikan , Prof. Marina Silalahi, Guru Besar Prodi Pendidikan Biologi FKIP UKI dalam Orasi Ilmiah pengukuhan kenaikan Jabatan Akademik fungsional sebagai Profesor dalam bidang ilmu Etnobotani di Kampus UKI Cawang Kamis (28/1/2021) di Jakarta.
Prof. Marina Silalahi mengungkapkan bahwa di akhir tahun 2020 hingga awal Januari 2021, sambiloto menjadi tanaman yang diyakini Negara Thailand untuk mengobati atau paling tidak mengurangi dampak negatif Covid-19.
“Penelitian etnomedisin saat ini banyak ditujukan untuk menemukan senyawa kimia baru sebagai bahan baku dalam pembuatan obat industri farmasi terutama penyakit berbahaya, seperti obat kanker dan tidak menutup kemungkinan untuk mengatasi Covid-19,” tuturnya.
Peraih Juara ke-3 Dosen Berprestasi di tingkat Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi Wilayah III tahun 2019 ini menjelaskan studi etnomedisin merupakan salah satu bidang kajian etnobotani untuk mengungkapkan pengetahuan atau kearifan lokal berbagai etnis dalam upaya menjaga dan memelihara kesehatannya.
“Setelah saya telusuri, ternyata pemanfaatannya untuk mengatasi Covid-19 diadaptasi dari kearifan lokal etnis di Thailand. Sambiloto merupakan jenis tanaman yang terdaftar sebagai obat esensial nasional di Thailand terutama untuk mengatasi gejala flu atau influensa. Dalam buku Materi medika III, sambiloto resmi tanaman obat Indonesia, herba sambiloto digunakan sebagai diuretika dan antipiretika,” ujar Prof.Dr. Marina.
Selama menjadi akademisi, Marina Silalahi berhasil mempublikasi beberapa penelitiannya di Jurnal Internasional Bereputasi dan Jurnal Nasiona terakreditasi.
”Sebagai akademisi, kami melakukan tridarma perguruan tinggi yaitu pendidikan, pengajaran, penelitian, Pengabdian Kepada Masayarakat serta tugas penunjang lainnya sebagai dosen. Salah satu karya ilmiah saya ialah tentang kearifan lokal dan keanekeragaman hayati Indonesia khususnya Etnis Batak yang memiliki nilai ilmiah yang sangat baik dan penting dilestarikan, “ terang Marina.
Marina Silalahi menekankan pentingnya integrasi kearifan lokal dan iptek khususnya etnomedisin untuk pembangunan berkelanjutan, baik untuk pengambil kebijakan, peneliti. Penelitian yang terintegrasi dari berbagai keahlian ilmu dibutuhkan untuk mengembangkan
etnomedisin.
Sementara Rektor UKI, Dr. Dhaniswara K. Harjono, S.H., M.H., MBA menjelaskan, menjadi fungsi Perguruan Tinggi untuk menghasilkan Guru Besar yang berkiprah untuk kesejahteraan masyarakat di bidang Tri Dharma Perguruan Tinggi.
“Bidang Etnobotani ini dibutuhkan oleh bangsa dan negara. Guru Besar merupakan jabatan fungsional tertinggi bagi seorang dosen. Bukti pengabdian dosen yang bersangkutan, hasil profesionalisme pengajaran yang bersangkutan, melakukan penelitian dan pengabdian masyarakat,” tuturnya.
Editor: Deddy Haryadi