Kota Tanggerang, BIJAK
Pewarna Indonesia telah menyelesaikan kegiatan Napaktilas Rasul Jawa pada Minggu (3/4/2022) pagi, Kontingen Napaktilas Rasul Jawa telah memasuki Jakarta dan peserta pun kembali kedaerah masing-masing.
Pada kesempatan tersebut, Ketua Pewarna Indonesia Propinsi Jawa Barat di kediamannya berbincang – bincang dengan awak media dengan membagikan pengalamannya sepanjang Perjalanan Napaktilas Rasul Jawa Ini.
Menurut Pria yang disapa Romo Kefas, bahwa perjalanan spritual ini akhirnya membuka mata, bahwa kekristenan nusantara itu muncul dan berkembang, bukan sebagai sebuah aliran baru, akan tetapi tokoh – tokoh seperti Tunggul Wulung, Paulus Tosari, Sadrach, Jelesma, Colen, menggunakan Kearifan Budaya Lokal sebagai jalan memberitakan Yesus Kristus, atau bisa dikatakan menggabungkan budaya yang berlaku di Jawa untuk dipakai dalam metode penginjilan untuk menjangkau Jiwa.
“Bukan hanya para rasul – rasul Jawa ini, bukan saja hanya focus dalam penginjilan semata, tapi secara aktif membangun komunitas yang guyub dalam berbagai prespektif, dengan membangun desa – desa Kristen, dan juga mereka sebagai pejuang di zamannya dengan melawan penjajahan Belanda VOC kala itu,” katanya.
Dikatakan, memang dari tradisi – tradisi lisan atau tradisi tutur yang berkembang di sekitarnya, seringkali menceritakan hal – hal yang tak masuk akal atau hal – hal yang terkait dengan goib.
“Tapi harapan saya, bahwa Kegiatan Napaktilas Rasul Jawa Ini bukan saja sampai di sini, akan tetapi ini adalah sebuah pintu Masuk, untuk ada sebuah kajian – kajian konfrenhesif tentang sosok dari para Rasul Jawa, agar khalayak luas bisa tahu dan tentang jejak rekam serta peran beliau – beliau semasa hidupnya, mungkin bisa juga menjadi salah satu kurikulum Pendidikan, agar semua warga bangsa paham bahwa semua komponen bangsa dalam kapasitasnya pun sama – sama berkarya di negeri ini, dan juga pernah sama – sama berjuang mengusir penjajah di masanya,” jelas pria yang juga aktif di berbagai bela negara ini. Red/FHtgl