Jakarta, BIJAK
Indeks pemulihan Covid-19 di Indonesia tertinggi di Asia Tenggara. Apresiasi konkret dan penjenjangan karir patut diberikan kepada mereka yang terus-menerus terlibat upaya pemulihan, termasuk dari unsur ASN, Polri, danTNI.
Pemerhati budaya dan kepolisian, Suryadi, M.Si, Selasa (12/10/21) di Jakarta, mengatakan, mereka itu tersebar di daerah di provinsi-provinsi di Tanah Air yang terjangkit pandemi Covid-19.
Daerah-daerah tersebut, antara lain di Sumatera seperti Jambi, Sumsel, Lampung, juga di pulau Jawa seperti Banten, DKI, Jabar, Jateng, dan Jatim. Demikian pula di belahan tengah dan timur Indonesia seperti Bali, Sultra, Sulteng, Kalimatan, Maluku dan lainnya.
Pelibatan mereka itu sudah sejak pertama Covid-19 menyerbu Indonesia Februari 2020. Saat itu Indonesia dan banyak negara lain juga mengalami ketidaksiapan menghadapi serangan Covid-19 yang memang tak pernah terjadi sebelumnya. Covid-19 dimulai dari Wuhan, Tiongkok.
Upaya-upaya pemulihan, lanjutnya, hendaklah dilihat secara menyeluruh, bukan sekadar pengobatan dan perawatan. Keterlibatan mereka itu, termasuk tokoh masyarakat, antara lain dalam upaya pencegahan, perawatan, dan penyelenggaraan pemakaman jenazah pasien (pemulasaaran) Covid-19. Semua rangkaian itu ada dalam kekhawatiran meluasnya keterjangkitan.
Aipda Hariyanto dan Kolonel AD
Suryadi menunjuk contoh tim pemulasaraan di masing-masing daerah. Sebagai individu-individu dalam tim, mereka sudah bekerja lebih. Mereka mengorbankan tenaga, waktu, bahkan harus menekan perasaan keluarga di tengah-tengah resistensi masyarakat yang mendua (inkonsisten).
Sikap warga seperti itu, misalnya, tercipta lantaran di satu sisi dipengaruhi oleh “isu bahwa Covid-19, sebenarnya tidak ada”, tapi pada saat yang sama “juga muncul rasa takut terpapar”. Karena kurangnya pengetahuan dan keyakinan yang goyah, kata Suryadi, kemudian sikap yang mengemuka adalah menolak saat jenazah Covid-19 akan dikuburkan di pemamakam umum di kampung mereka.
Belum lagi harus menekan perasaan keluarga di rumah yang dibalut oleh kekhawatiran. Dalam kondisi seperti itu, mereka harus mengisolasi diri di tengah amuk rindu anak-istri.
“Ini harga mahal yang harus mereka tebus berhari-hari, bahkan mungkin berminggu-minggu,” kata Ketua Dewan Pembina Pusat Studi Kepolisian (PUSKOMPOL) itu.
Ia menunjuk contoh di Kota Jambi, Provinsi Jambi, Aipda Hariyanto, S.H. dari Polresta Jambi. Sebagai Ketua Tim Satgas Aman Nusa II/ 2021, ia sengaja mendaftarkan diri ke Pemko Jambi, kemudian ditetapkan sebagai Ketua Tim Pemulasaraan Jenazah Covid-19 (TPJC) di Ibu Kota Provinsi Jambi itu.
Sejak maret 2020 sampai 4 Oktober 2021, Hariyanto sudah terjun langsung bersama tim, memulasarakan (sampai ke pemakaman) tak kurang dari 549 jenazah Covid-19. Selama berbulan-bulan, ia menahan diri dan mengurangi kedekatan, agar tak terlalu banyak bersosialisasi dengan anggota keluarga dan lingkungan sosial sehari-hari.
Hariyanto pernah mengalami sakit tipes, dan karenanya harus jeda, tapi kemudian segera kembali bertugas. “Waktu itu Juni 2021, kaki saya pernah tertimpa peti jenazah dan harus dirawat, tapi kemudian bertugas kembali,” aku bintara tinggi Polri yang beberapa waktu lalu sudah berkali-kali tes sekolah inspektur polisi (SIP).
Tanpa ada rasa putus asa, Hariyanto, Kasubnit III Pam Sabhara Polresta Jambi ini, mengaku masih sangat berharap dapat mengikuti dan lulus tes pendidikan SIP Januari 2022.
Dengan asumsi Hariyanto sudah memberi kerja-kerja lebih untuk negara dan memenuhi syarat-syarat untuk pendidikan SIP, lanjut Suryadi, maka polisi-polisi seperti dia itu, juga demikian ASN atau anggota TNI yang begitu, pantas mendapat apresisasi luar biasa dan membekas demi perjalanan karir dan pengabidannya.
“Minimal ya mereka dapat tiket langsung masuk pendidikan penjenjangan karir, atau maksimal naik pangkat penghargaanlah,” imbau pria Wakil Sekjen Lembaga Kebudyaan Nasional (LKN) itu, seraya minta perhatian Pemerintah khususnya Kapolri.
Bagi tokoh masyarakat atau pemuda yang terlibat pemulihan Covid-19, imbau Suryadi, adalah patut bila Pemerintah RI atau Pemda setempat memberi penghargaan yang pantas. Misalnya, kepada pada anak-cucu mereka atau pemuda yang bersangkutan, diberikan beaiswa sekolah atau “tiket melanjutkan pendidikan”.
Kasus seperti Aipda Hariyanto dapat dipastikan bukan-satunya di Tanah Air, masih lebih banyak lagi. Contoh lain, di Kota Bandar Lampung. Waktu itu awal-awal Covid-19 di Kota Bandar, Februari 2020. Terjadi penolakan demi penolakan baik di rumah sakit maupun saat pemakaman ketika pasien Covid-19 meninggal akan dikuburkan.
“Melihat kenyataan itu, seorang Kolonel TNI AD seizin atasannya ‘risk taking’ mengizinkan dan mengikuti langsung tim gabungan anak buahnya – ASN, memulasarakan jenazah Covid hingga tiga kali pindah lokasi pemakaman,” ungkap Suryadi seraya minta atensi khusus Panglima TNI dan atasan para ASN itu mengganjar penghargaan setimpal.
Pemulihan Covid-19
Seiring dengan pelibatan tokoh masyarakat, ASN, Polri, dan TNI, seperti disiarkan banyak media, indeks pemulihan Covid-19 Indonesia saat ini tertinggi di antara negara-negara sekawasan (Asia Tenggara/ ASEAN).
Seperti dilansir health.detik.com (11 Okt 2021, 10:20 WIB) yang mengacu pada laporan Nikkei Asia (Rabu, 6/10/2021), Indonesia berada pada ranking 54 dari 121 negara dalam kategori indeks pemulihan COVID-19 (COVID-19 recovery index oleh Nikkei). Dengan angka tersebut, kesembuhan COVID-19 Indonesia disebut menduduki peringkat tertinggi di antara negara-negara Asia Tenggara.
Bersumber dari covid19.go.id last update dilaporkan, per 12 Oktober 2021 secara nasional yang dirawat 22.541, sementara yang terkonfirmasi positif 4228.522. Mereka yang sembuh, demikian disiarkan Antara, 4.063.295. sedangkan meninggal 141.716.
Editor: Simpang