Jakarta, BIJAK
Dinilai manajement PT PLN kurang melakukan sosialisasi dan edukasi kepada konsumen, bahwa salah satu efek dari work from home (WFH) adalah naiknya konsumsi listrik. Artiny jika konsumsi energi listrik membengkak maka tagihan juga akan naik. Hal tersebut disampaikan Ketua Pengurus Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI), Tulus Abadi.
“Seharusnya PT PLN memberikan edukasi dan informasi bahwa selama WFH konsumen seharusnya berhemat listrik,” ujar Tulus dalam keterangannya di Jakarta, Rabu (6/5/2020).
Hal ini disampaikan Tulus merespon banyaknya keluhan masyarakat terkait tagihan listrik non subsidi yang melonjak. Padahal penggunaannya standar dan wajar sesuai. Di sisi lain, menurut keterangan dari pihak Manajemen PT PLN menyatakan tidak ada kenaikan tarif listrik.
Selain itu, kata Tulus, dengan adanya WFH petugas pencatat meter PLN pun tidak datang ke rumah konsumen, dan konsumen diminta untuk mengirimkan data posisi stand meter terakhir via photo. “Jika tak dikirimkan PLN akan menggunakan formulasi 3 bulan terakhir untuk menentukan pemakaian listrik konsumen,” katanya.
Hanya saja informasi ini tidak 100 persen sampai ke konsumen, sehingga konsumen tidak mengerti himbauan dan formulasi tersebut. “Kesimpulannya, komunikasi publik PT PLN kepada konsumen selama pandemi Covid-19 terlihat kurang maksimal (minim), sehingga informasi penting tidak sampai pada konsumen. Ini menimbulkan shock pada konsumen,” paparnya.
YLKI meminta agar keluhan-keluhan konsumen dapat ditanggapi oleh manajemen PLN secara responsif dan bahkan bersifat masif. “Malah seharusnya PLN membuat posko pengaduan di masing-masing area pelayanan,” ucapnya.
Tulus juga menganjurkan agar konsumen langsung lapor ke PLN untuk minta klarifikasi apabila tagihan listriknya naik mencapai 75-100 persen. “Manajemen PT PLN harus responsif terhadap pengaduan pengaduan tersebut. Sebelum mengadu ke PLN, sebaiknya konsumen mengecek dahulu posisi pemakaian kWh bulan terakhir dengan pemakaian kWh bulan sebelumnya,” pungkasnya.
Penulis: Simpang